Bagaimanakah Cara Mengukur Kesiapan Organisasi Anda untuk Bergerak Strategis?

Selasa, 22 Desember 2009 ·

Keberhasilan perencanaan strategis organisasi dan implementasinya memerlukan pemahaman sepenuhnya (pikiran dan hati) terkait tingkat adaptasi organisasi Anda terhadap proses yang baru. Bila organisasi Anda baru pertama kali hendak menelusuri perencanaan strategis, akan lebih bijak untuk mengukur kesiapan organisasi Anda sebelum memulai. Kunci keberhasilannya adalah memperkenalkan/menyampaikan perencanaan strategis organisasi pada waktu yang tepat.

Pada titik ini, kejujuran terhadap diri sendiri atas kesiapan organisasi sangat diperlukan. Perusahaan-perusahaan yang langsung melompat pada tahap perencanaan dengan berasumsi bahwa mereka ‘siap’ akan cenderung mengalami kegagalan pada pertengahan proses dan akhirnya merusak keseluruhan proses. Anda dapat menghindari hal ini bila bersikap jujur sepenuhnya ketika mengukur kesiapan organisasi Anda dengan menjawab SUDAH atau BELUM atas pernyataan-pernyataan kunci berikut ini:
  • Kami memiliki komitmen dan dukungan penuh dari puncak kepemimpinan organisasi, khususnya Chief Executive Officer (CEO), para pemegang manajemen kunci, dan jajaran direksi.
  • Kami memiliki komitmen untuk mengklarifikasi peran-peran dan harapan-harapan seluruh peserta yang terlibat dalam proses perencanaan, termasuk siapa yang akan berkontribusi dalam perencanaan dan siapa yang akan menjadi pengambil keputusan.
  • Kami bersikap terbuka terhadap pembelajaran dan tanggapan atas berbagai hal menyangkut organisasi (internal dan eksternal) untuk mengumpulkan informasi melalui penelitian oleh pihak di luar organisasi, sehingga kami tidak menyusun rencana di dalam ruang sempit organisasi.
  • Kami memiliki sebuah tim yang terdiri dari para pemikir yang mampu melihat gambaran besar, para ahli di bidang tertentu, dan seorang manajer perencanaan strategis.
  • Manajer tingkat atas kami berkeinginan untuk dilibatkan dan mendorong partisipasi jajaran direksi, sehingga semua pihak mempunyai perasaan turut memiliki perencanaan dan didorong semangatnya oleh proses yang berlangsung.
  • Kami percaya bahwa kami telah mengumpulkan komitmen sumber daya organisasi yang cukup untuk menyelesaikan proses perencanaan sesuai dengan yang telah disusun, seperti waktu yang miliki oleh para karyawan dan jajaran direksi, biaya yang digunakan dalam proses dan implementasi.
  • Seluruh anggota organisasi kami memahami tujuan perencanaan karena mereka menyadari hal-hal yang sedang berlangsung pada saat ini. Kami memiliki konsesus tentang hasil-hasil yang diharapkan dari proses perencanaan.
  • Kami memiliki suatu budaya yang terbuka untuk melihat hal-hal di luar keadaan pada saat ini, untuk menemukan cara-cara baru dalam melakukan berbagai hal; suatu keinginan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuat/rumit, menghadapi pilihan-pilihan sulit, dan membuat keputusan-keputusan yang terbaik bagi klien-klien kami.
  • Kami ingin menumbuhkan organisasi kami.
Idealnya, Anda ingin menjawab seluruh pernyataan di atas dengan “sudah”, namun tentu saja tidak mungkin. Secara mendasar, pertanyaan utama yang perlu dijawab adalah: Apakah Anda berkeinginan untuk tumbuh? Jika organisasi Anda tidak ingin bertumbuh, maka perencanaan strategis tidak akan efektif.

Pada tahap akhir pengukuran, putuskan apakah perencanaan strategis merupakan langkah selanjutnya atau bukan. Jika keputusan Anda adalah ‘bukan’, maka buatlah rencana tindakan cepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dengan mengacu pada pernyataan-pernyataan di atas yang telah Anda beri jawaban: BELUM. Jika keputusan Anda adalah ‘langkah selanjutnya’, maka Anda seharusnya merasa percaya diri bahwa organisasi Anda dapat bergerak menuju proses perencanaan, kecuali masih adanya berbagai situasi dan kondisi yang mungkin muncul pada masa yang akan datang.

Jika Anda sedang berada di tengah proses perencanaan, maka Anda bisa menelaah kembali hal-hal berikut di bawah ini untuk memastikan bahwa iklim organisasi Anda pada saat ini sudah tepat untuk melakukan perencanaan:
  • Tidak ada keputusan yang berdampak besar bagi organisasi setidaknya dalam enam bulan yang akan datang (misalnya, merger, perubahan-perubahan manajemen, dll.),
  • Tidak ada konflik yang serius di antara pemain-pemain kunci organisasi,
  • Adanya komitmen penuh dari manajemen tingkat atas,
  • Para karyawan memahami tujuan perencanaan,
  • Adanya sumber daya yang mencukupi (waktu karyawan dan biaya),
  • Organisasi telah berdiri setidaknya selama beberapa tahun,
  • Adanya komitmen untuk mengimplementasikan strategi-strategi kunci,
  • Adanya keberhasilan dalam mengidentifikasi hasil-hasil dari proses yang dilakukan,
  • Adanya suatu iklim organisasi yang menginspirasi pemikiran untuk maju serta menghargai kreativitas, serta
  • Adanya kesepakatan dalam penggunaan istilah/bahasa dan kerangka waktu pelaksanaan.
Referensi:
  • Olsen, E. (2007). Strategic planning for dummies. Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.
Terima kasih Anda sudah membaca tulisan ini.

0 komentar:

Psikolog Indonesia Belajar & Berbagi

Tulisan-tulisan di dalam blog ini sepenuhnya merupakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman, bahan bacaan, dan/atau hasil studi, yang dinilai dapat bermanfaat bagi kolega, rekan kerja, teman, keluarga, serta masyarakat luas. Tanggapan-tanggapan, baik berupa diskusi (setuju atau pun tidak setuju beserta alasan-alasannya), pengalaman pribadi dan/atau orang lain, pertanyaan, kritik, dan/atau saran, atas tulisan-tulisan yang ditampilkan selalu terbuka bagi para penulis dan pembaca lain, demi tujuan-tujuan yang konstruktif, khususnya belajar dan berbagi bersama.

Blog ini ditujukan bagi para penulis dan pembaca untuk belajar menyampaikan informasi dan pengetahuan yang dimiliki secara cuma-cuma kepada siapa saja yang mungkin membutuhkan, sekaligus belajar menerima informasi dan pengetahuan baru dari para penulis dan pembaca lain yang bersedia menuliskan tanggapan atas tulisan-tulisan yang ditampilkan.

Blog ini dibuat dan dikembangkan setelah adanya pemahaman tentang analogi 'Laut Mati' yang disampaikan oleh seorang praktisi SDM di salah satu perusahaan multinasional: Tidak ada kehidupan di Laut Mati, karena Laut Mati hanya menerima, namun tidak memberi (alias berbagi). Beberapa waktu sebelumnya, seorang teman menggunakan analogi 'Gunung Tinggi' untuk menunjukkan bahwa: Tidak menyenangkan dan sunyi berada di atas Gunung Tinggi seorang diri hanya karena diri memilih dan berkeinginan untuk mengetahui segala sesuatunya tentang dunia, lalu tidak ingat pentingnya berbagi pengetahuan untuk bisa terus-menerus belajar. Seorang bijak lainnya menambahkan: Belajar dan berbagi dalam hidup sangat penting agar manusia tidak menjadi arogan.

Nah, bagi siapa pun yang hendak turut menuliskan ide/pemikiran melalui blog ini, silahkan mengirimkan nama lengkap, deskripsi diri, dan contoh tulisan ke: tjo.ellys@gmail.com, untuk ditambahkan ke dalam Daftar Penulis blog ini. Mohon cantumkan referensi bila mengutip dari sumber bacaan/film/karya lain.

Selain itu, via alamat email tersebut, Anda bisa juga mengirimkan tanggapan-tanggapan, topik-topik ide/pemikiran untuk dituliskan, dan/atau KONSULTASI atau KONSELING GRATIS dengan Administrator dalam batasan kode etik profesi sebagai psikolog. Anda dapat mengajukan diri pula untuk ditambahkan ke dalam atau dihapuskan dari mailing list (daftar penerima informasi bila diterbitkan tulisan-tulisan baru) blog ini. Tentu, sebelumnya Anda perlu menjadi follower blog ini dengan mengklik icon 'Follow' di bagian 'PENGIKUT BLOG INI'.

Ditunggu ya partisipasinya ... :)
Terima kasih.

Salam & Semangat Belajar & Berbagi,
Ellys Tjo, M.Psi., Psikolog, CHRP
selaku Administrator

Kutipan

It is a fine thing to have ability, but the ability to discover ability in others is the true test. ~Elbert Hubbard (1856-1915)
For me, words are a form of action, capable of influencing change. ~Ingrid Bengis (1944 - ...), quoted by Barack Obama in one of his 2008 campaign speeches.

Pengikut Blog Ini

Penelusuran Lainnya