Perencanaan Strategis Organisasi: Penting?

Senin, 21 Desember 2009 ·

Fakta menunjukkan bahwa 90 persen dari bisnis/industri yang ada dijalankan tanpa adanya suatu perencanaan (Olsen, 2007), berharap sistem navigasi otomatis akan berhasil menunjukkan jalan bagi pengembangan organisasi. Perencanaan strategis sering dianggap sebagai suatu perangkat yang hanya bisa digunakan oleh bisnis yang besar. Pada kenyataannya, perencanaan strategis merupakan suatu konsep bisnis yang bermanfaat bagi seluruh bisnis dan organisasi, tanpa dibatasi oleh ukuran atau pun sumber daya yang dimilikinya. Memiliki rencana strategis merupakan cara terbaik untuk memberikan fokus dan arah bagi organisasi. Suatu rencana strategis membantu organisasi untuk meniadakan ketidak-pastian dan memungkinkan organisasi untuk membentuk masa depannya.

Perencanaan strategis melibatkan berbagai pengambilan keputusan dalam keseharian organisasi dan mengkaitkannya dengan suatu proses yang terintegrasi. Tujuan perencanaan strategis di antaranya:
  • untuk menjadikan organisasi lebih efektif dan efisien,
  • untuk meningkatkan keuntungan finansial organisasi,
  • untuk memberikan dampak yang lebih besar bagi komunitas organisasi, serta
  • untuk menjadikan organisasi dari ‘baik’ menjadi ‘luar biasa’.
Tidak ada manusia yang bisa memprediksikan masa yang akan datang. Hanya saja, jika Anda tidak mengubah apa pun, maka masa depan tidak akan berbeda dengan masa lalu. Rencana strategis sebagai suatu perangkat yang tidak kedaluwarsa dapat mendorong pertumbuhan organisasi dan memberikan dampak terhadap masa depan (keuntungan) organisasi Anda. Tidak ada satu model strategis yang cocok untuk seluruh organisasi, namun proses perencanaan mencakup elemen-elemen dasar yang dapat digunakan oleh seluruh bisnis untuk mengeksplorasi visi, tujuan-tujuan, dan langkah-langkah selanjutnya dari suatu rencana strategis yang efektif.
Suatu rencana strategis yang baik meliputi hal-hal berikut:
  • mencerminkan nilai-nilai suatu organisasi,
  • menginspirasi perubahan dan perbaikan pada produk-produk dan pasar-pasar yang dituju,
  • secara jelas mendefinisikan kriteria untuk mencapai kesuksesan, dan
  • membantu semua orang dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
Para pemilik bisnis, pemimpin, dan manajer yang efektif akan mengantisipasi hal-hal yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang dan menggunakan rencana-rencana strategis untuk memimpin ‘permainan’. Oleh karena itu, dengan mengetahui fakta bahwa organisasi lain dapat menginvasi pasar Anda, ‘aneh’ bila kemudian menghindari perencanaan strategis karena menganggapnya kompleks, membutuhkan biaya dan waktu yang besar. Perencanaan strategis tidak harus misterius, ribet (tidak praktis), atau menghabiskan waktu. Dalam kenyataannya, perencanaan strategis perlu cepat, sederhana, dan mudah dilaksanakan. Perencanaan strategis bukan sekedar menjalankan daftar tindakan yang perlu Anda lakukan dan lebih merupakan keperluan untuk menciptakan suatu budaya berpikir strategis, sehingga perencanaan strategis Anda tidak menjadi suatu ‘aksi mundur’ tahunan, melainkan bagian dari pengambilan keputusan sehari-hari.



Strategi berarti secara sadar memilih untuk menciptakan kejelasan arah organisasi terkait apa yang terjadi dalam suatu lingkungan yang dinamis. Dengan pengetahuan ini, Anda akan berada pada posisi yang lebih baik untuk secara proaktif menanggapi lingkungan yang berubah-ubah. Suatu strategi dikatakan baik apabila:
  • menciptakan proporsi nilai yang unik dibandingkan dengan para kompetitor Anda,
  • dieksekusi melalui tindakan-tindakan operasional yang menyajikan nilai yang berbeda dan dibuat secara khusus untuk para pelanggan,
  • mengidentifikasi secara jelas hal-hal (produk-produk dan layanan-layanan) yang diperlukan dan mengklarifikasi hal-hal yang tidak untuk dilakukan,
  • memfokuskan pada aktivitas-aktivitas yang cocok dan mendukung satu dengan lainnya, dan
  • mendorong peningkatan berkelanjutan di dalam organisasi dan menggerakkan organisasi menuju visinya.
Dr. Michael Porter dalam 2006 World Business Forum di Chicago menyampaikan bahwa strategi bukanlah:(1) peningkatan best practice, (2) eksekusi, (3) aspirasi-aspirasi, (4) suatu visi, (5) pembelajaran, (6) kecerdasan/kesigapan, (7) fleksibilitas, (8) inovasi, (9) internet (atau teknologi lainnya), (10) pemotongan jumlah karyawan (downsizing), (11) restrukturisasi, (12) merger/konsolidasi, (13) aliansi-aliansi/rekanan, atau (14) outsourcing. Statistik terkait perencanaan strategis dari Balanced Scorecard Collaborative (kerangka pemikiran, sistem pengukuran dan manajemen yang diperkenalkan oleh Robert Kaplan dan David Norton pada tahun 1900-an) menunjukkan bahwa:
  • 95 persen ‘karyawan pada umumnya’ tidak memahami strategi organisasinya.
  • 90 persen organisasi gagal mengeksekusi strategi-strateginya dengan sukses.
  • 86 persen tim-tim eksekutif organisasi menghabiskan kurang dari satu jam setiap bulannya untuk mendiskusikan strategi.
  • 60 persen organisasi tidak menghubungkan strategi dengan penyusunan anggaran belanja.
Kesimpulannya, perencanaan strategis penting bagi keberlangsungan bisnis Anda.

Rencana strategis merupakan peta yang disusun untuk menggambarkan bagaimana organisasi akan mengeksekusi strategi yang dipilih, di mana organisasi akan berada pada satu tahun (atau lebih) yang akan datang, dan bagaimana organisasi akan sampai di sana. Biasanya suatu rencana berlaku bagi organisasi secara keseluruhan atau difokuskan pada fungsi utama organisasi, misalnya suatu divisi atau departemen. Rencana strategis menjadi suatu perangkat manajemen yang bertujuan membantu suatu organisasi untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, karena suatu rencana memfokuskan pada energi, sumber daya-sumber daya, dan waktu yang dimiliki oleh seluruh anggota organisasi dalam menuju arah yang sama.



Perlu diingat, rencana strategis dan rencana bisnis memiliki konsep yang berbeda. Rencana strategis ada untuk bisnis-bisnis yang sudah berdiri dan para pemilik bisnis yang serius dengan pertumbuhan organisasinya. Rencana strategis membantu organisasi membangun daya saingnya, mengkomunikasikan strategi kepada anggotanya, memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan finansial, serta menyajikan fokus dan arah untuk bergerak dari rencana menuju tindakan. Di sisi lain, rencana bisnis ada untuk bisnis-bisnis, proyek-proyek, atau para wirausahawan baru yang serius untuk memulai suatu bisnis. Rencana bisnis membantu para wirausahawan mendefinisikan tujuan bisnis, merencanakan sumber daya manusia dan kebutuhan operasional, berperan penting bila mencari pendanaan, mengukur kesempatan-kesempatan bisnis, serta menyajikan struktur bagi ide-ide.



Untuk dapat menciptakan rencana strategis, Anda perlu melalui proses perencanaan strategis, yang mencakup berbagai aktivitas atau langkah utama, yakni dengan menjawab tiga pertanyaan berikut:
  • Di mana kita pada saat ini? Pertanyaan ini mengacu pada telaah strategis, misi, dan nilai-nilai organisasi.

  • Ke mana kita akan menuju? Pertanyaan ini mengarah pada visi dan daya saing organisasi yang berkelanjutan.

  • Bagaimana cara kita akan sampai pada tujuan? Pertanyaan ini mencakup berbagai metode, seperti menetapkan pencapaian strategis dan tujuan-tujuan organisasi, menyusun strategi-strategi, menentukan prioritas dan tindakan yang perlu dilakukan, menggunakan kriteria dan melakukan pengukuran/penilaian (misalnya scorecard), serta memastikan eksekusi perencanaan organisasi.

  • Penamaan dan urutan pelaksanaan aktivitas/langkah ini bisa beraneka-ragam, serta seringkali mencakup penggunaan berbagai istilah kunci. Cara sempurna untuk menjalankan proses perencanaan strategis sesungguhnya tidak ada, namun langkah-langkah ini bisa dimodifikasi sesuai dengan budaya dan ketepatan waktu pelaksanaan yang dimiliki oleh organisasi.



    Dalam membangun organisasi yang sehat, sistem trial and error sudah ditinggalkan, khususnya di negara-negara maju. Meskipun trial and error merupakan bagian alami dalam proses mengenali produk atau cara berpikir yang baru, namun permasalahan yang ditimbulkan kemudian terlampau besar untuk dapat ditanggulangi atau diterima, termasuk oleh para pemangku kepentingan di dalam organisasi. Hal ini juga diperparah oleh ketidak-sabaran para manajer organisasi, obsesi dengan perspektif-perspektif jangka pendek, serta kegagalan untuk memahami sepenuhnya pentingnya karakteristik strategi yang lebih mendalam dan menyeluruh, terutama dengan adanya berbagai perubahan yang terjadi terkait pemikiran, budaya, organisasi, dan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan di dalam organisasi yang mengikuti perubahan-perubahan tersebut.



    Referensi:
    • Olsen, E. (2007). Strategic planning for dummies. Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.
    • Wilson, I. (2003). The subtle art of strategy: Organizational planning in uncertain times. Greenwood Press.
    Terima kasih Anda sudah membaca tulisan ini.

    0 komentar:

    Psikolog Indonesia Belajar & Berbagi

    Tulisan-tulisan di dalam blog ini sepenuhnya merupakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman, bahan bacaan, dan/atau hasil studi, yang dinilai dapat bermanfaat bagi kolega, rekan kerja, teman, keluarga, serta masyarakat luas. Tanggapan-tanggapan, baik berupa diskusi (setuju atau pun tidak setuju beserta alasan-alasannya), pengalaman pribadi dan/atau orang lain, pertanyaan, kritik, dan/atau saran, atas tulisan-tulisan yang ditampilkan selalu terbuka bagi para penulis dan pembaca lain, demi tujuan-tujuan yang konstruktif, khususnya belajar dan berbagi bersama.

    Blog ini ditujukan bagi para penulis dan pembaca untuk belajar menyampaikan informasi dan pengetahuan yang dimiliki secara cuma-cuma kepada siapa saja yang mungkin membutuhkan, sekaligus belajar menerima informasi dan pengetahuan baru dari para penulis dan pembaca lain yang bersedia menuliskan tanggapan atas tulisan-tulisan yang ditampilkan.

    Blog ini dibuat dan dikembangkan setelah adanya pemahaman tentang analogi 'Laut Mati' yang disampaikan oleh seorang praktisi SDM di salah satu perusahaan multinasional: Tidak ada kehidupan di Laut Mati, karena Laut Mati hanya menerima, namun tidak memberi (alias berbagi). Beberapa waktu sebelumnya, seorang teman menggunakan analogi 'Gunung Tinggi' untuk menunjukkan bahwa: Tidak menyenangkan dan sunyi berada di atas Gunung Tinggi seorang diri hanya karena diri memilih dan berkeinginan untuk mengetahui segala sesuatunya tentang dunia, lalu tidak ingat pentingnya berbagi pengetahuan untuk bisa terus-menerus belajar. Seorang bijak lainnya menambahkan: Belajar dan berbagi dalam hidup sangat penting agar manusia tidak menjadi arogan.

    Nah, bagi siapa pun yang hendak turut menuliskan ide/pemikiran melalui blog ini, silahkan mengirimkan nama lengkap, deskripsi diri, dan contoh tulisan ke: tjo.ellys@gmail.com, untuk ditambahkan ke dalam Daftar Penulis blog ini. Mohon cantumkan referensi bila mengutip dari sumber bacaan/film/karya lain.

    Selain itu, via alamat email tersebut, Anda bisa juga mengirimkan tanggapan-tanggapan, topik-topik ide/pemikiran untuk dituliskan, dan/atau KONSULTASI atau KONSELING GRATIS dengan Administrator dalam batasan kode etik profesi sebagai psikolog. Anda dapat mengajukan diri pula untuk ditambahkan ke dalam atau dihapuskan dari mailing list (daftar penerima informasi bila diterbitkan tulisan-tulisan baru) blog ini. Tentu, sebelumnya Anda perlu menjadi follower blog ini dengan mengklik icon 'Follow' di bagian 'PENGIKUT BLOG INI'.

    Ditunggu ya partisipasinya ... :)
    Terima kasih.

    Salam & Semangat Belajar & Berbagi,
    Ellys Tjo, M.Psi., Psikolog, CHRP
    selaku Administrator

    Kutipan

    It is a fine thing to have ability, but the ability to discover ability in others is the true test. ~Elbert Hubbard (1856-1915)
    For me, words are a form of action, capable of influencing change. ~Ingrid Bengis (1944 - ...), quoted by Barack Obama in one of his 2008 campaign speeches.

    Pengikut Blog Ini

    Penelusuran Lainnya