"Middle Class vs. World Class"

Rabu, 09 Maret 2011 ·

Steve Siebold (2005), seorang public speaker kelas dunia, menyampaikan bahwa:
Middle Class
vs.
World Class
The Middle Class competes.
1
The World Class creates.
The Middle Class avoids risk.
2
The World Class manages risk.
The Middle Class lives in delusion.
3
The World Class lives in objective reality.
The Middle Class loves to be comfortable.
4
The World Class is comfortable being uncomfortable.
The Middle Class has a lottery mentality.
5
The World Class has an abundance mentality.
The Middle Class hungers for security.
6
The World Class doesn’t believe that security exists.
The Middle Class sacrifices growth for safety.
7
The World Class sacrifices safety for growth.
The Middle Class operates out of fear and scarcity.
8
The World Class operates from love and abundance.
The Middle Class focuses on having.
9
The World Class focuses on being.
The Middle Class sees themselves as victims.
10
The World Class sees themselves as responsible.
The Middle Class slows down.
11
The World Class calms down.
The Middle Class is frustrated.
12
The World Class is grateful.
The Middle Class has pipe-dreams.
13
The World Class has vision.
The Middle Class is ego-driven.
14
The World Class is spirit driven.
The Middle Class is problem oriented.
15
The World Class is solution oriented.
The Middle Class thinks they know enough.
16
The World Class is eager to learn.
The Middle Class chooses fear.
17
The World Class chooses growth.
The Middle Class is boastful.
18
The World Class is humble.
The Middle Class trades time for money.
19
The World Class trades ideas for money.
The Middle Class denies their intuition.
20
The World Class embraces their intuition.
The Middle Class seeks riches.
21
The World Class seeks wealth.
The Middle Class believes their vision only when they see it.
22
The World Class knows they will see their vision when they believe it.
The Middle Class coaches through logic.
23
The World Class coaches through emotion.
The Middle Class speaks the language of fear.
24
The World Class speaks the language of love.
The Middle Class believes problem solving stems from knowledge.
25
The World Class believes problem solving stems from will.

Tulisan di atas sengaja tidak saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar tidak mengurangi sedikit pun arti yang hendak disampaikan oleh Steve Siebold. Pemaknaan mungkin bisa berbeda-beda bagi setiap Anda yang membacanya. Bahkan, setiap kali Anda membaca ulang, mungkin Anda akan temukan pengertian yang semakin mendalam dan luas. Pertama kali saya membacanya, hanya satu kata yang ada dalam kepala saya, "WOOOOW!". Seketika pula saya kirimkan via email kepada teman-teman, kolega-kolega, "guru-guru"; berharap bisa menjadi salah satu sumber inspirasi mereka. Inspirasi untuk apa? BEBAS. Namun, saya yakin akan bermanfaat untuk dipahami dan dijadikan dasar dalam mencapai tujuan-tujuan hidup Anda.

Referensi:
  • Siebold, S. (2005). 177 Mental Toughness Secrets of the World Class. London House.
Terima kasih Anda sudah membaca tulisan ini.

0 komentar:

Psikolog Indonesia Belajar & Berbagi

Tulisan-tulisan di dalam blog ini sepenuhnya merupakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman, bahan bacaan, dan/atau hasil studi, yang dinilai dapat bermanfaat bagi kolega, rekan kerja, teman, keluarga, serta masyarakat luas. Tanggapan-tanggapan, baik berupa diskusi (setuju atau pun tidak setuju beserta alasan-alasannya), pengalaman pribadi dan/atau orang lain, pertanyaan, kritik, dan/atau saran, atas tulisan-tulisan yang ditampilkan selalu terbuka bagi para penulis dan pembaca lain, demi tujuan-tujuan yang konstruktif, khususnya belajar dan berbagi bersama.

Blog ini ditujukan bagi para penulis dan pembaca untuk belajar menyampaikan informasi dan pengetahuan yang dimiliki secara cuma-cuma kepada siapa saja yang mungkin membutuhkan, sekaligus belajar menerima informasi dan pengetahuan baru dari para penulis dan pembaca lain yang bersedia menuliskan tanggapan atas tulisan-tulisan yang ditampilkan.

Blog ini dibuat dan dikembangkan setelah adanya pemahaman tentang analogi 'Laut Mati' yang disampaikan oleh seorang praktisi SDM di salah satu perusahaan multinasional: Tidak ada kehidupan di Laut Mati, karena Laut Mati hanya menerima, namun tidak memberi (alias berbagi). Beberapa waktu sebelumnya, seorang teman menggunakan analogi 'Gunung Tinggi' untuk menunjukkan bahwa: Tidak menyenangkan dan sunyi berada di atas Gunung Tinggi seorang diri hanya karena diri memilih dan berkeinginan untuk mengetahui segala sesuatunya tentang dunia, lalu tidak ingat pentingnya berbagi pengetahuan untuk bisa terus-menerus belajar. Seorang bijak lainnya menambahkan: Belajar dan berbagi dalam hidup sangat penting agar manusia tidak menjadi arogan.

Nah, bagi siapa pun yang hendak turut menuliskan ide/pemikiran melalui blog ini, silahkan mengirimkan nama lengkap, deskripsi diri, dan contoh tulisan ke: tjo.ellys@gmail.com, untuk ditambahkan ke dalam Daftar Penulis blog ini. Mohon cantumkan referensi bila mengutip dari sumber bacaan/film/karya lain.

Selain itu, via alamat email tersebut, Anda bisa juga mengirimkan tanggapan-tanggapan, topik-topik ide/pemikiran untuk dituliskan, dan/atau KONSULTASI atau KONSELING GRATIS dengan Administrator dalam batasan kode etik profesi sebagai psikolog. Anda dapat mengajukan diri pula untuk ditambahkan ke dalam atau dihapuskan dari mailing list (daftar penerima informasi bila diterbitkan tulisan-tulisan baru) blog ini. Tentu, sebelumnya Anda perlu menjadi follower blog ini dengan mengklik icon 'Follow' di bagian 'PENGIKUT BLOG INI'.

Ditunggu ya partisipasinya ... :)
Terima kasih.

Salam & Semangat Belajar & Berbagi,
Ellys Tjo, M.Psi., Psikolog, CHRP
selaku Administrator

Kutipan

It is a fine thing to have ability, but the ability to discover ability in others is the true test. ~Elbert Hubbard (1856-1915)
For me, words are a form of action, capable of influencing change. ~Ingrid Bengis (1944 - ...), quoted by Barack Obama in one of his 2008 campaign speeches.

Pengikut Blog Ini

Penelusuran Lainnya