Ketika Kecoak Terbaring dan Tak Mati

Minggu, 20 Maret 2011 ·

Ditulis oleh: PATRICK REINALDO
Saat itu, sekitar 11.30 malam.

Setelah melalui hari yang melelahkan, sampailah saya di rumah dan ingin segera menyegarkan diri dengan mandi air hangat. Yang saya dapati kemudian adalah seekor kecoak yang berlarian ke sana-sini—dinding, lantai, lalu kembali ke dinding kamar mandi. Siapa coba yang tak kenal dengan binatang satu ini? Coba bayangkan bentuknya …, warnanya …, lalu sungutnya…, dan terakhir baunya …. Menggelikan menjurus menjijikkan??!! Ditambah lagi dengan sifat alaminya yang unik, yang kalau kita takut-takuti justru mendekati kita (coba deh kalo gak percaya …). Hhiiii …

Saya yang sedang sangat lelah ketika itu lantas berpikir, “Kalo lu deketin gue, lu pasti tewas kecoak!!” Benar saja, dia mendekati saya, dan sontak saya guyur dia dengan segayung air hingga terbaiklah badannya yang gepeng itu. Saya perhatikan bagaimana dia berusaha begitu keras untuk membalikkan badannya. Dia gerak-gerakkan keenam kakinya itu sedemikian kuat dan cepatnya. Sambil melanjutkan mandi (agak waswas juga kalo dia bangun lagi), saya kembali berpikir, “Kalo dia pintar, dia ga bakal bangun. Kalo dia bangun, kali ini dia pasti tewas,” disertai dengan niat untuk mengambil obat pembunuh serangga.

Kecoak itu, saya akui, memiliki kegigihan yang luar biasa dalam berjuang menggapai keinginannya untuk bangun. Namun, apa yang terjadi bila kecoak tersebut berhasil bangun? Yang ia hadapi selanjutnya adalah kematian, dari saya. Walau tidak menjamin juga kalau dia tidak bangun tak saya semprot dengan obat pembunuh serangga.

Terlepas dari kemungkinan-kemungkinan yang ada, pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul dalam pikiran saya:
  1. Apakah kecoak itu sadar akan apa yang sedang ia perjuangkan?
  2. Apakah perjuangannya dapat mendukung tercapainya tujuan-tujuan yang dimilikinya?
  3. Apakah perjuangannya berujung pada keselamatan? atau justru kematian?
Menurut saya, pertanyaan-pertanyaan di atas penting pula untuk direnungkan oleh Anda.

Sebagai manusia, tentu perlu memiliki mimpi, visi, tujuan dalam hidup ini; hal-hal itulah yang membuat hidup kita bermakna. Namun, apakah Anda pernah mengkaji kembali: Apakah yang sedang Anda perjuangkan HARI INI sesuai dengan atau dapat mendukung tercapainya tujuan-tujuan hidup Anda?

Kejadian yang berlangsung singkat itu (±10 menit saja) mengingatkan saya bahwa: Adakalanya, justru seringkali manusia ‘terjebak’ (yang bagi saya sesungguhnya menjebak dirinya sendiri) dalam situasi-situasi yang tidak atau kurang mendukung tujuan-tujuan hidup yang telah ditetapkan sebelumnya, namun kemudian pada HARI INI tanpa disadari situasi-situasi tersebut menjadi keseharian hidup yang kurang dilandasi dengan fokus, disiplin, dan komitmen awal yang telah dibangun atas tujuan-tujuan tersebut. Belum lagi, adakalanya manusia terdorong untuk melakukan sesuatu hanya karena keadaan tidak nyaman yang saat itu dirasakan (bersikap reaktif) tanpa pikir panjang, alias mengesampingkan akal sehat.

Seperti halnya dengan seorang ayah, ibu, atau anak yang ingin membahagiakan keluarganya. Setiap hari bekerja keras membanting tulang, bahkan membanting daging untuk mencari uang. Namun, dalam pencapaiannya tidak lagi memiliki waktu untuk bersama keluarga. Apakah kemudian keluarganya menjadi bahagia? Tergantung. Apakah tujuan hidup ayah, ibu, atau anak tercapai? Lagi-lagi, tergantung. Tergantung apakah: (1) membahagiakan keluarga atau (2) mencari uang, yang menjadi tujuannya? Mungkin Anda perlu pikirkan, setidaknya sekali lagi HARI INI, hal apakah yang sesungguhnya bermakna bagi diri Anda sendiri DAN keluarga Anda?

Kembali ke si kecoak. Keadaan tubuh yang terbalik mungkin menimbulkan perasaan tidak nyaman dan secara insting sekaligus menjadi alarm bahwa hidupnya mungkin dalam kondisi terancam. Kecoak itu kemudian berusaha sekuat tenaga untuk segera membalikkan badannya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang melandasi usaha si kecoak yang demikian ‘keras’-nya? Apakah dengan gambaran situasi di atas, usaha yang dilakukan si kecoak mendukung tujuannya untuk bertahan hidup?

Begitu banyak hal yang mungkin ingin kita perjuangkan dalam hidup ini dengan sekuat tenaga. Kita berpikir bahwa inilah jalan yang harus kita tempuh untuk mencapai tujuan kita. Seperti halnya kecoak yang berusaha untuk bangun, kita berlari dengan begitu kencangnya demi pencapaian-pencapaian pribadi kita, yang belum tentu merupakan tujuan kita yang sesungguhnya, yang pada akhirnya justru malah dapat menghancurkan diri kita sendiri.

Rekan-rekan, ambilah sedikit waktu untuk berhenti sejenak, pejamkan mata, ambil napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan-lahan—lakukan berulang-ulang selama 1 (satu) menit. Lalu, refleksikan diri Anda kembali dengan sasaran untuk memikirkan langkah-langkah hidup selanjutnya dengan lebih efektif. Saya punya satu tips sederhana bagi Anda untuk melakukan investigasi kecil dalam memastikan apakah yang sedang Anda lakukan HARI INI sudah memenuhi kebutuhan rencana pencapaian TUJUAN-TUJUAN HIDUP Anda yang SESUNGGUHNYA. Tanyakan kepada diri Anda setiap pagi sebelum memulai aktivitas apa pun: PERLUKAH saya melakukan … HARI INI?

Anda SELALU punya pilihan: Menjadi seperti kecoak yang berhasil membalikkan tubuhnya dan justru seketika mati. Atau, menjadi seperti kecoak yang terbaring (sedikit lebih lama atau bersabar) dan TAK MATI.


Terima kasih Anda sudah membaca tulisan ini.

Psikolog Indonesia Belajar & Berbagi

Tulisan-tulisan di dalam blog ini sepenuhnya merupakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman, bahan bacaan, dan/atau hasil studi, yang dinilai dapat bermanfaat bagi kolega, rekan kerja, teman, keluarga, serta masyarakat luas. Tanggapan-tanggapan, baik berupa diskusi (setuju atau pun tidak setuju beserta alasan-alasannya), pengalaman pribadi dan/atau orang lain, pertanyaan, kritik, dan/atau saran, atas tulisan-tulisan yang ditampilkan selalu terbuka bagi para penulis dan pembaca lain, demi tujuan-tujuan yang konstruktif, khususnya belajar dan berbagi bersama.

Blog ini ditujukan bagi para penulis dan pembaca untuk belajar menyampaikan informasi dan pengetahuan yang dimiliki secara cuma-cuma kepada siapa saja yang mungkin membutuhkan, sekaligus belajar menerima informasi dan pengetahuan baru dari para penulis dan pembaca lain yang bersedia menuliskan tanggapan atas tulisan-tulisan yang ditampilkan.

Blog ini dibuat dan dikembangkan setelah adanya pemahaman tentang analogi 'Laut Mati' yang disampaikan oleh seorang praktisi SDM di salah satu perusahaan multinasional: Tidak ada kehidupan di Laut Mati, karena Laut Mati hanya menerima, namun tidak memberi (alias berbagi). Beberapa waktu sebelumnya, seorang teman menggunakan analogi 'Gunung Tinggi' untuk menunjukkan bahwa: Tidak menyenangkan dan sunyi berada di atas Gunung Tinggi seorang diri hanya karena diri memilih dan berkeinginan untuk mengetahui segala sesuatunya tentang dunia, lalu tidak ingat pentingnya berbagi pengetahuan untuk bisa terus-menerus belajar. Seorang bijak lainnya menambahkan: Belajar dan berbagi dalam hidup sangat penting agar manusia tidak menjadi arogan.

Nah, bagi siapa pun yang hendak turut menuliskan ide/pemikiran melalui blog ini, silahkan mengirimkan nama lengkap, deskripsi diri, dan contoh tulisan ke: tjo.ellys@gmail.com, untuk ditambahkan ke dalam Daftar Penulis blog ini. Mohon cantumkan referensi bila mengutip dari sumber bacaan/film/karya lain.

Selain itu, via alamat email tersebut, Anda bisa juga mengirimkan tanggapan-tanggapan, topik-topik ide/pemikiran untuk dituliskan, dan/atau KONSULTASI atau KONSELING GRATIS dengan Administrator dalam batasan kode etik profesi sebagai psikolog. Anda dapat mengajukan diri pula untuk ditambahkan ke dalam atau dihapuskan dari mailing list (daftar penerima informasi bila diterbitkan tulisan-tulisan baru) blog ini. Tentu, sebelumnya Anda perlu menjadi follower blog ini dengan mengklik icon 'Follow' di bagian 'PENGIKUT BLOG INI'.

Ditunggu ya partisipasinya ... :)
Terima kasih.

Salam & Semangat Belajar & Berbagi,
Ellys Tjo, M.Psi., Psikolog, CHRP
selaku Administrator

Kutipan

It is a fine thing to have ability, but the ability to discover ability in others is the true test. ~Elbert Hubbard (1856-1915)
For me, words are a form of action, capable of influencing change. ~Ingrid Bengis (1944 - ...), quoted by Barack Obama in one of his 2008 campaign speeches.

Pengikut Blog Ini

Penelusuran Lainnya